Gelombang demonstrasi yang terjadi pada 25-28 Agustus berakhir dengan kekacauan. Pada awalnya demonstrasi, yang berpusat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dilakukan untuk menyatakan kritik terhadap peningkatan tunjangan dan transparansi gaji anggota DPR. Demonstrasi pada saat yang sama merupakan bentuk kemarahan atas tanggapan beberapa anggota DPR yang dianggap melukai perasaan rakyat.
Klimaks, ada ketegangan antara demonstran dan pihak berwenang karena kematian seorang sopir taksi sepeda motor bernama Affan Kurniawan karena ditabrak oleh kendaraan taktis atau mobil Brigade Korps Rantis (Brimob) dari polisi metropolitan Jakarta. Insiden itu memicu eskalasi demonstrasi di berbagai daerah termasuk Surabaya ke Makassar.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyampaikan demonstrasi pada akhir Agustus berlangsung di 107 poin di 32 provinsi yang sebagian damai. Namun, tidak sedikit yang juga disertai dengan kerusuhan, menyebabkan kerusakan dan korban. Beberapa area demonstrasi yang berakhir dengan kekacauan, yaitu Sumatra Utara, Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Barat. Kerusuhan dalam bentuk kerusakan pada pembakaran, sedangkan di daerah lain relatif lebih kondusif.
Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan bahwa kerugian karena demonstrasi diperkirakan mencapai hampir RP. 900 miliar. Perkiraan hilangnya kerusakan pada infrastruktur sudah mencakup berbagai fasilitas di seluruh Indonesia, termasuk bangunan DPRD yang dibakar, gerbang tol, halte bus, dan lainnya.
(Tagstotranslate) Penghancuran fasilitas
Sumber: hukumonline
Source link